Jumat, 30 September 2011

Pengaruh Manajemen Laba dan Asimetri Informasi terhadap Biaya Modal Ekuitas


PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS (STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK SEKTOR MANUFAKTUR)

Usulan Penelitian Skripsi Mahasiswa




Disusun Oleh
Apriadi
20050420149


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS (STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK SEKTOR MANUFAKTUR)
A.       Latar Belakang
Idealnya pasar modal adalah merupakan wadah bagi terjadinya mekanisme transaksi saham yang  fair. Namun transaksi saham yang  fair sulit tercapai karena adanya konflik kepentingan dan tidak transparannya laporan keuangan emiten. Berdasarkan pada laporan Bapepam terdapat 25 kasus pelanggaran pasar modal yang terjadi selama tahun 2002 sampai dengan Maret 2003. Dari 25 kasus pelanggaran tersebut, terdapat 13 kasus yang berkaitan dengan benturan kepentingan dan keterbukaan informasi. Kemudian kasus keterlambatan laporan keuangan juga terus terjadi. Keterlambatan publikasi laporan keuangan mengindikasikan adanya masalah dalam pelaporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama (Wiwik utami, 2005).
Menurut Healy dan Palepu (1993), ada tiga kondisi yang menyebabkan komunikasi melalui laporan keuangan tidak sempurna dan tidak transparan yaitu:  (1) dibandingkan dengan investor, manajer memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya, (2) kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3) ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dan audit.
Leuz et al. (2003) melakukan studi komparatif internasional tentang manajemen laba dan   proteksi investor dengan sampel 31 negara, yang meliputi periode pengamatan dari  tahun 1990 sampai tahun 1999. Dalam penelitian ini  Indonesia termasuk sebagai sampel. Tujuan penelitiannya adalah untuk memberikan bukti empirik adanya perbedaan manajemen laba di berbagai   negara,   dan perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan proteksi terhadap investor. Bedasarkan pada nilai rata-rata skor manajemen laba, Indonesia berada pada urutan ke 15 dari 31 negara. Artinya, Indonesia berada pada tingkat menengah,  tingkat terendah manajemen laba adalah Amerika Serikat. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN yang ikut terpilih sebagai sampel yaitu: Malaysia, Filipina,  dan Thailand, maka Indonesia adalah yang paling besar tingkat manajemen labanya. Untuk skor legal enforcement Indonesia mendapat skor 2,9 dan merupakan skor terendah dari 31 negara, artinya bahwa legal enforcement di Indonesia sangat lemah dan ini berdampak pada rendahnya tingkat proteksi terhadap investor.
Adanya bukti empirik bahwa tingkat manajemen laba emiten di Indonesia relatif tinggi dan tingkat proteksi terhadap investor yang rendah, menimbulkan  pertanyaan, apakah investor mempertimbangkan besaran akrual (proksi  manajemen laba) dalam menentukan tingkat imbal hasil saham yang  dipersyaratkan (required  rate  of  return)? Tingkat imbal hasil saham yang  dipersyaratkan adalah tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor  untuk  mau menanamkan uangnya di perusahaan, dan dikenal dengan sebutan biaya modal ekuitas.

Penelitian tentang pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas masih sangat sedikit. Sebagian besar penelitian manajemen laba dikaitkan dengan  hipotesis akuntansi positip (Watt  and  Zimmerman:1978), penawaran saham  perdana  atau  Initial Publik Offering (IPO), Seasoned Equity Offering (SEO) serta take over. Penelitian yang dilakukan oleh Saiful (2002), Tatang (2001) dan Lilis  (2002) pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta menunjukkan   adanya praktik manajemen laba, yaitu adanya kenaikan tingkat akrual yang diskresioner (discretionary accruals).
Penelitian Dechow et al. (1996) merupakan satu-satunya sumber referensi yang penulis temukan, yang mengkaji tentang dampak dari tindakan manipulasi laba terhadap biaya modal. Kesimpulan yang diperoleh adalah biaya modal  perusahaan yang terkena sangsi SEC (Securities  Exchange  Commission)  karena  diduga melakukan manajemen laba lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan sampel kontrol.
Menurut Bagnoli dan Watts (2000), praktik manajemen laba banyak  dilakukan oleh manajemen karena mereka menganggap bahwa perusahaan lain juga melakukan hal yang sama. Dengan demikian, kinerja kompetitor juga dapat  menjadi pemicu untuk melakukan praktik manajemen laba karena investor dan   kreditur akan melakukan komparasi untuk menentukan perusahaan mana yang  mempunyai  rating yang baik (favorable).


Jika investor menyadari bahwa praktik manajemen laba banyak dilakukan  oleh emiten maka ia akan melakukan antisipasi risiko dengan cara menaikkan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan. Namun bukti empirik yang   diungkapkan oleh Sloan (1996) dan Xie (2001) menunjukkan bahwa pasar tidak   mengantisipasi dengan baik informasi yang terkait dengan akrual (mispricing    akrual). Investor cenderung overestimate terhadap persistensi akrual, serta underestimate persistensi arus kas. Di sisi lain, juga terdapat bukti empirik bahwa   informasi akrual relevan untuk penilaian perusahaan ( Dechow 1994, Subramanyam 1996)
Motivasi penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah investor di Bursa Efek Indonesia telah mengantisipasi informasi akrual yang tersaji dalam laporan  keuangan emiten. Beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak mengfokuskan  pada hubungan informasi akrual dengan harga saham (value relevance). Penelitian ini berbeda dengan sebelumnya karena melakukan kajian hubungan langsung informasi akrual dengan biaya modal ekuitas. Alasan penulis tertarik untuk mengkaji biaya modal ekuitas adalah karena biaya modal ekuitas merupakan tarip diskonto yang digunakan investor untuk menilaitunaikan arus kas yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan demikian, secara spesifik rumusan masalah penelitian ini adalah, apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas.
Perilaku dan kualitas keputusan investor dipengaruhin oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan lain dalam laporan keuangan. Informasi yang berkualitas tersebut bagi investor berguna untuk menurunkan asimetri informasi. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Apabila dihubungkan dengan peningkatan perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui ungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Aktivitas yang dilakukan investor di pasar modal ditentukan oleh informasi yang mereka peroleh baik secara langsung (laporan publik) maupun tidak langsung (insider trading). Oleh karena itu pelaku pasar modal mempunyai kemampuan yang terbatas tehadap persepsi masa yang akan datang, maka adanya asimetri informasi menimbulkan masalah adverse selectian yang mendorong dealer untuk menutupi kerugian dari pedagangterinformasi dengan meningkatkan spread-nya terhadap pedagang likuid.
Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela jika manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi tersebut lebih besar dari biayanya (Elliot dan Jacobson, 1994). Manfaat tersebut diperoleh karena ungkapan informasi oleh perusahaan akan membantu investor dan kreditur memahami risiko investasi. Varrecchia (1991) dalam Komalasari (2000) menunjukkan bahwa dengan mengungkapkan informasi privat maka tuntutan investor terhadap kompensasi menurun karena biaya transaksi turun sehingga komponen adverse selection dan bid-ask spread berkurang dan pada akhir biaya modal ekuitas juga turun. Meskipun tinjauan secara teoritis dan analitis mengenai keterkaitan antara ungkapan, likuiditas dan biaya modal ekuitas cukup signifikan, namun tampaknya sedikit sekali penelitian empiris yang mendukung hal ini. Ketidakkonsistenan pada hasil penelitian terdahulusemakin menambah perdebatan diantara praktisi mengenai manfaat dari semakin luasnya ungkapan, sehingga penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat ungkapan dan asimetri informasi tarhadap biaya modal ekuitas merupakan hal penting untuk dilakukan.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mereplikasi ulang penelitian Wiwik Utami (2006) yang berjudul “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi pada perusahaan publik sector Manufaktur)”. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti menambah Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.     Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas?
2.     Apakah ada hubungan antara luas pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas?
3.     Apakah ada hubungan antara asimetri informasi terhadap biaya modal ekuitas?
4.     Apakah ada hubungan beta saham terhadap biaya modal ekuitas?
5.     Apakah perusahaan mempengaruhi hubungan antara asimetri informasi terhadap biaya modal ekuitas?
C.       Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti empiris mengenai:
1.    Manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas.
2.     Ada hubungan antara luas pengungkapan sukarela dalam terhadap biaya modal ekuitas.
3.     Ada hubungan antara asimetri informasi terhadap biaya modal ekuitas.
4.     Ada hubungan beta saham terhadap biaya modal ekuitas.
5.     Ukuran perusahaan mempengaruhi hubungan antara asimetri informasi terhadap biaya modal ekuitas.


D.    Manfaat Penelitian
1.     Untuk membantu investor lebih mengetahui dan menilai perusahaan sehingga tertarik untuk menginvestasikan modalnya dipasar modal.
2.     Untuk mengetahui apakah investor sudah merespon dengan tepat informasi akrula yang disajikan dalam laporan keuangan.
E.       Landasan Teori
1.     Manajemen Laba
Scott (1997) mendefinisikan earning management sebagai pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Scott (1997) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana earning management memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui earning management, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Nelson  et  al. (2000) meneliti  praktik manajemen laba  yang  dilakukan oleh manajemen di Amerika Serikat dan mengidentifikasi penyebab auditor membiarkan manajemen laba tanpa dikoreksi. Dengan memakai data 526 kasus manajemen laba yang diperoleh  dengan  cara  survey  pada   kantor  akuntan  publik  yang  tergolong  the  big  five disimpulkan  bahwa: (1) 60% dari sampel melakukan  usaha  manajemen  laba  yang berdampak ada meningkatnya laba tahun berjalan, sisanya 40% berdampak pada penurunan laba, (2) manajemen laba yang paling banyak dilakukan adalah yang berkaitan dengan cadangan reserve), kemudian berdasarkan urutan frekuensi kejadian adalah: pengakuan pendapatan, penggabungan badan usaha (business combination), aktiva tidak berwujud, aktiva tetap, investasi, sewa guna usaha.
Untuk mendeteksi ada tidaknya manajamen laba, maka pengukuran atas akrual adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau non discretionary accruals, dan  (2)  bagian  akrual  yang merupakan manipulasi data akuntansi yang disebut  dengan abnormal accruals atau discretionary accruals.


Thomas  dan  Zhang  (2000:347)  melakukan  studi  komparatif  tentang  berbagai metode estimasi akrual, dengan tujuan untuk mengetahui model mana yang mempunyai akurasi yang paling tinggi. Beberapa model yang dijadikan dasar komparasi, yaitu model DeAngelo (1986), model Jones (1991), model Dechow and Sloan (1991),  model Dechow (1995) serta model Kang dan Sivaramakhrisnan (1995). Penelitian    ini    lebih mengutamakan  kemampuan model  untuk  estimasi  akrual,  oleh  karena  itu  dasar  yang digunakan untuk membuat ranking adalah nilai koefisien determinan dari masing-masing model.  Hasil  yang  diperoleh  adalah  bahwa  model  Kang  dan  Sivaramakhrisnan  adalah model yang paling baik untuk digunakan dalam memprediksi akrual, ranking berikutnya adalah  model  Jones.  Thomas  dan  Zhang  (2000)  juga  menguji  apakah  jika  data  yang digunakan adalah pool data dapat memberikan akurasi yang lebih baik? Ternyata dengan memakai lebih baik. data  pool  untuk  setiap  jenis  industri  diperoleh  akurasi  model  prediksi  yang
Peasnell et al. (2000) menguji keakuratan model deteksi manajemen laba dengan memakai data cross-sectional. Ada tiga model yang diuji, yaitu model Jones (1991) dan model  Jones  yang  dimodifikasi  (Dechow  et  al.  1995),  serta  model  yang  lain  yang dirumuskan  oleh  Peasnel et  al. yaitu margin  model. Margin  model  lebih  menekankan pada  pengukuran  current  accruals,  yaitu  accruals yang  berasal  dari  piutang,    beban operasi  (tidak termasuk bad debt) dan bad debt. Alasan untuk mengabaikan non current accruals  karena  pada  umumnya  akrual yang  berasal  dari  aktiva  tetap  lebih  mudah diamati  dan  mempunyai  keterbatasan  waktu.  Hasil  penelitian  menyimpulkan  bahwa ketiga model tersebut cukup baik dalam mendeteksi manajemen laba dalam jumlah yang wajar  (sekitar  1%  sampai  5%  dari  asset).  Jika  dilihat  secara  lebih  cermat  lagi  ternyata model Jones dan   modifikasi Jones lebih baik dalam mendeteksi   manipulasi pendapatan dan bad debt, sedang margin model lebih baik dalam mendeteksi manipulasi beban.
2.     Biaya Modal Ekuitas
Biaya  modal  adalah  merupakan  konsep  yang  dinamis  yang  dipengaruhi  oleh beberapa faktor ekonomi. Struktur biaya modal didasarkan pada beberapa asumsi   yang berkaitan  dengan  risiko  dan  pajak.  Asumsi  dasar  yang digunakan  dalam estimasi  biaya modal adalah risiko bisnis dan risiko keuangan adalah tetap (relatif stabil). Biaya modal dihitung atas dasar sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan. Ada empat sumber dana jangka panjang yaitu: (1) hutang jangka  panjang, (2) saham preferen, (3) saham biasa, dan (4) laba ditahan. Biaya hutang jangka panjang adalah  biaya  hutang  sesudah  pajak  saat  ini  untuk  mendapatkan  dana  jangka  panjang melalui pinjaman. Biaya saham preferen adalah deviden saham preferen   tahunan dibagi dengan hasil penjualan saham preferen. Biaya modal saham biasa adalah besarnya rate yang digunakan oleh investor untuk mendiskontokan  deviden yang diharapkan  diterima yang akan datang.
Botosan  (1997)  pada  dasarnya  memakai  model  Ohlson  untuk  mengestimasi biaya modal  ekuitas.  Botosan  (1997)  menghitung ekspektasi  biaya modal  ekuitas   dengan menggunakan estimasi laba per lembar saham untuk periode empat tahun ke depan (t = 4) dan  memakai  data  forecast  laba  per  saham  yang  dipublikasikan  oleh  Value  Line.  Di Indonesia  publikasi data forecast laba per saham tidak ada, oleh karena itu untuk estimasi laba  per  saham penulis  menggunakan random walk model. Alasan untuk menggunakan estimasi    model  random  didasarkan  pada  hasil  penelitian  Rini (2002). Rini (2002) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji ketepatan prakiraan laba dengan menggunakan  beberapa  model  mekanik.  Model  mekanik  yang  digunakan  adalah  Box Jenkins  model, Random walk  model,  Foster  model,  Watts-Griffin model dan Brown- Rozellf. Secara statistik disimpulkan bahwa tidak ada  perbedaan ketepatan prakiraan laba yang  signifikan  antara  Box  Jenkins  model   dengan random  walk  model,  Foster  model, dan  Brown-Rozellf.  Oleh  karena  itu,  Rini  (2002) menyimpulkan  bahwa  random  walk model dapat digunakan sebagai alternatif  dalam mengukur prakiraan laba.  Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Qizam (2001) yang menyimpulkan bahwa laba tahunan di Indonesia mengikuti  random  walk.
3.     Luas Ungkapan Sukarela
Sesuai dengan FASB No. 1 yaitu laporan keuangan harus berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, maka laporan keuangan harus dapat membantu investor dan kreditur untuk mengintepreestasi keadaan perusahaan. Manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna meningkatkan nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui ungkapan (disclosure) informasi akuntansi.
                Informasi yang diungkapan dalam laporan keuangan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ungkapan wajib (enforced/mandotory disclosure) dan ungkapan sukarela (voluntary disclosure). Ungkapan laporan keuangan bermanfaat memberi guide, fasilitas untuk para investor dan pengguna dalam membuat keputusan ekonomisupaya terarah sehingga dapat memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukannya. Meskipun semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi ungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam jumlah tambahan informasi yang mereka ungkap kepada pasar modal.
            Marwata (2000) meneliti apakah variasi kualitas ungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia berkaitan dengan perbedaan karakteristik perusahaan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas ungkapan sukarela dalam laporan keuangan tahunan berkaitan dengan paling tidak satu hari seperangkat karakteristik perusahaan. Beberapa penelitian berkaitan dengan topik ini menggunakan indek ungkapan sebagai indikator empiris luas pengungkapan. Widiastuti (2001) mengemukakan bahwa indek ungkapan merupakan rasio antara junlah item informasi yang dipenuhi dengan jumlah elemen informasi yang mungkin dipenuhi. Makin tinggi angka indek ungkapan, maka makin tinggi luas ungkapan. Banyaknya item informasi dalam laporan tahunan yang digunakan untuk menghitung indek ungkapan bervariasi antar peneliti satu dengan peneliti lainnya, seperti cooke (1992) menggunakan 165 item, Botosan (1997) menggunakan 35 item, Susanto (1994) menggunakan 30 item, Subiyantoro (1997) menggunakan 89 item, Suripto menggunakan 33 item. Peneliti Meek et. Al (1995) menggunakan 85 item, Chow dan Boren menggunakan 24 item, Marwata (2000) menggunakan 33 item, Gulo (2000) menggunakan 33 item, Widiastuti (2001) menggunakan 33 item, Mardiyah (2002) menggunakan 18 item.
             Botosan (1997) meneliti hubungan antara tingkat ungkapan sukarela dengan cost of equity capital, dengan meregresikan cost of equity capital (yang dihitung berdasarkan market beta), ukuran perusahaan dan tingkat pengungkapan yang diukur dengan skor dikembangkan sendiri oleh peneliti yang bersangkutan. Hasilnya menununjukkan bahwa semakin besar tingkat ungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan, semakin rendah cost of equity capital-nya. Elliot dan Jacobson (1994), menemukan bahwa manfaat ungkapan informasi secara sukarela adalah semakin kecilnya biaya modal. Gulo (2000) mengemukakan bahwa penelitian teoretis mendukung hubungan negatif antara tingkat ungkapan dan cosh of equity capital didukung oleh dua aliran penelitian. Pertama, bahwa pengungkapan yang lebih menaikkan likuiditas pasar saham, dengan demikian menurunnya cost of equity capital, baik melalui menurunnya biaya-biaya transaksi atau melalui meningkatnya permintaan sekuritas saham. Penelitian ini didukung oleh Demzet (1986), Copeland dan Galai (1983),  Glosten dan Milgrom (1985), Amihud dan Mendelson (1986), serta Diamond dan Verrecchia (1991). Sedangkan aliran penelitian yang kedua didukung oleh Klein dan Bawa (1976), Barry dan Brown (1985), Coles dan Loewenstein (1988), Handa dan Linn (1993).
4.     Asimetri informasi
      Informasi akuntansi yang berkualitas berguna bagi investor untukmenurunkan asimetri informasi. Asimetri infformasi timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Ketika timbul asimetri informasi, keputusan ungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk saham-saham perusahaan (Komalasari, 2000).
      Hubungan antara asimetri informasi, likuiditas perdagangan dan harga saham dikembangkan oleh peneliti sebelumnya (Demsetz, 1968; Epps, 1976; Copeland dan Galai, 1983; Glosten dan Milgrom, 1985; Diamont dan Verrecchia, 1991). Lang dan Lundlolm (1996) mengemukakan bahwa keuntungan potensial terhadap ungkapan, termasuk meningkatnya investor yang mengikuitnya, mengurangi estimasi risiko dan mengurangi asimetri informasi yang masing-masing menunjukkan pengurangan cost of equitycapital perusahaan dalam penelitian teoritikal. Gonedes (1980) berpendapat bahwa ungkapan mempunyai potensi mengurangi asimetri informasi. Penurunan asimetri informasi akan menyebabkan pengurangan dalam biaya transaksi, dimana biaya transaksi diwakili oleh bid-ask spreads.
5.      Ukuran Perusahaan
            Banyak penelitian-penelitian empiris yang berkaitan dengan ungkapan laporan keuangan sering dihubungkan dengan ukuran perusahaan secara statistik signifikan diantara keduanya. Marwata (2000) mengemukakan bahwa perusahaan yang berukuran besar cenderung memiliki public demand akan informasi lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Variabel ukuran perusahaan ini merupakan variabel yang sering diteliti, dan hasilnya cukup konsisten berpengaruh terhadap tingkat ungakapan dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Wallace, 1994;Zarzeki, 1996;Suripto, 1999;Marwata, 2000;Gunawan, 2000;Komalasari, 2000)
F.        Rerangka Teori dan Penurunan Hipotesis
1.  Hubungan Manajemen Laba dengan Biaya Modal Ekuitas
Dechow  et  al.  (1996), meneliti penyebab dan konsekwensi dari tindakan manipulasi  laba,  di  mana  salah  satu  tujuannya adalah  untuk  mengetahui sejauh mana dampak   manipulasi   laba   terhadap biaya modal. Sampel yang  digunakan adalah perusahaan  yang  mendapat  sangsi  dari  Securities Exchange Commission  (SEC) karena diduga keras telah melakukan penyimpangan terhadap standar  akuntansi  yang  berlaku, dengan  tujuan  untuk memanipulasi laba. Motif  manajemen  melakukan  manipulasi  laba adalah untuk memperoleh pendanaan eksternal dengan biaya murah. Proksi yang digunakan untuk mengukur biaya modal adalah (1) harga saham, (2) bid-ask spread, dan (3)  number  of  analyst  following.  Dari  hasil analisis komparatif  antara  perusahaan  yang mendapat sangsi dari SEC karena dugaan manipulasi laba dan perusahaan  lain yang tidak bermasalah (sampel kontrol) diperoleh kesimpulan bahwa, biaya modal perusahaan yang terkena sangsi SEC lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan sampel kontrol.
Stolowy  dan  Breton  (2000)  melakukan  studi  pustaka  tentang  manipulasi  akun (account   manipulation),   yang   mencakup   manajemen   laba,   perataan   laba,   big   bath accounting,   dan  creative  accounting.  Stolowy  dan  Breton  (2000)  menjelaskan  bahwa manipulasi  akun  dilakukan  semata-mata  didasarkan  pada  keinginan  manajemen  untuk mempengaruhi  persepsi  investor  atas  risiko  perusahaan.  Risiko  tersebut  dapat  dipecah dalam dua komponen yaitu: (1) risiko yang dihubungkan dengan variasi imbal hasil, yang diukur   dengan   laba   per   lembar   saham   (earning   per   share),   dan   (2)   risiko   yang dihubungkan  dengan    struktur  keuangan  perusahaan,  yang  diukur  dengan  debt  equity ratio.  Dengan  demikian  tujuan  manajemen  laba  itu  sendiri  adalah  untuk  memperbaiki ukuran  kedua  risiko  tersebut.  Semakin  tinggi  tingkat  manajemen  laba  menunjukkan semakin  tinggi  risiko  imbal  hasil  saham  dan  konsekuensinya  investor  akan  menaikkan rate biaya  modal ekuitas.
H1: Manajemen laba berpengaruh positip terhadap biaya modal ekuitas
2.  Hubungan antara Asimetri informasi dengan Biaya Modal Ekuitas
      Komalasai (2000) meneliti hubungan antara asimetri informasi dan biaya modal ekuitas, dimana asimetri informasi diukur dengan menggunakan bid-ask spread. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara asimetri informasi dengan biaya modal ekuitas. Dari beberapa penelitian terdahulu, asimetri informasi sering diproksikan dengan bid-ask spread. Mardiyah (2002) menemukan ada pengaruh positif antara asimetri informasi dengan biaya modal ekuitas. Hal ini berarti bahwa semakin kecil asimetri informasi yang terjadi antara partisipan pasar modal makan semakin kecil kos modal sendiri yang ditanggung oleh perusahaan.
H2: Ada hubungan antara asimetri informasi dengan biaya modal ekuitas


3.      Hubungan antara luas pengungkapan sukarela dengan biaya modal ekuitas
    Hasil penelitian Diamond dan verrecchia (1991) dalam Komalasari (2000) menunjukkan bahwa dengan mengungkapkan informasi privat maka tuntutan investor terhadap kompensasi penurunan karena biaya transaksi turun sehingga komponen adverse selection dari bid-ask spread  berkurang dan pada akhirnya biaya modal ekuitas juga turun, atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ungkapan infomasi dengan biaya modal ekuitas.
      Gulo (2000) menguji efek luas pengungkapan sukarela yang disampaikan oleh manajemen dalam laporan keuangan tahunan terhadap biaya modal ekuitas perusahaan. Hasil pengujian empiris menunjukkan bahwa variabel indeks pengungkapan sukarela yang disampaikan oleh perusahaan dalam laporan tahunan secara statistik tidak mempunyai hubungan negatif yang signifikan dengan estimasi biaya modal ekuitas perusahaan.
H3: Ada hubungan antara luas pengungkapan sukarela dengan biaya modal ekuitas.


4.      Hubungan antar Beta Saham dengan Biaya Modal Ekuitas
      Beta saham merupakan suatu pengukuran volatilitas (volutility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Botosan (1997) meneliti hubungan antara tingkat ungakapan sukarela dengan biaya ekuitas, dengan meregresikan biaya ekuitas (yang dihitung berdasarkan market beta). Ukuran perusahaan, dan tingkat ungkapan yang diukur dengan skor yang dikembangkan sendiri oleh peneliti yang bersangkutan.
H4: Ada hubungan antar beta saham dengan biaya modal ekuitas
5.      Ukuran perusahaan mempengaruhi hubungan antara asimetri informasi dengan biaya modal ekuitas
       Banyak penelitian-penelitian empiris yang berkaitan dengan ungkapan laporan keluangan sering dihubungkan dengan ukuran perusahaan secara statistik signifikan di antara keduanya. Marwata (2000) mengemukakan bahwa perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Variabel ukuran perusahaan ini merupakan variabel yang sering diteliti, dan hasilnya cukup konsisten berpengaruh terhadap tingkat ungkapan dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Wallace, 1994;Zarkezi, 1996;Suripto,1999;Darmawati, 1999;Marwata, 2000;Gunawan, 2000;Komalasari, 2000).
      Diamond dan Verrecchia (1991) dalam Komalasari (2000) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar dengan total resiko yang ditanggung oleh investor lebih besar, akan mendapatkan keuntungan per saham yang terbesar (dalam hal ini peningkatan nilai saham) sebagai hasil dari peningkatan ungkapan. Dari latar belakang diatas maka hipotesisnya adalah:
H5: Ukuran perusahaan mempengaruhi hubungan antara asimetri informasi dengan biaya modal ekuitas
G.    Metode Penelitian
a.     Objek Peneltian
                 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2005-2009.
b.    Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 sampai tahun 2009 yang bisa dilihat dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan annual report perusahaan sampel.
c.     Teknik Pengambilan Sampel
                 Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:
1.      Perusahaan manufaktur yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2005-2009.
2.      Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 desember 2005-2009 yang dinyatakan dalam rupiah.
3.      Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada publikasi periode 31 desember 2005-2009). Apabila data yang diperlukan tidak tersedia dan atau data tidak tersedia selama lima tahun berturut-turut maka, data harus dikeluarkan dari sampel.
d.    Teknik Pengumpulan Data
                 Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi karena data merupakan data sekunder yang diperoleh dari pojok BEI UMY dan situs Bursa Efek Jakarta (www.idx.co.id).
e.     Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1)      Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah biaya modal ekuitas. Perhitaungan biaya modal ekuitas menggunakan metode Capital asset Pricing Model (CAMP)


2)      Variabel Independen
1.      Manajemen laba
Manajemen laba diproksi berdasarkan rasio akrual modal kerja dengan penjualan. Manajemen laba (ML) = Akrual Modal kerja (t) / Penjualan periode (t).
2.      Asimetri informasi
Dalam menghitung besarnya bid-ask spread (sebagai proksi asimetri informasi) dalam penelitian ini menggunakan model yang dipakai Komalasari (2000).
3.      Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dengan nilai pasar ekuitas.
4.      Beta Saham
Beta saham yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beta koreksi yang tersedia di BEI UMY yang dihitung dengan menggunakan metode folwer dan Rorke untuk periode 4 lag dan 4 lead sesuai dengan hasil penelitian Hartono (1999).


f.      Uji Kualitas Data
1.      Uji Validitas
Uji validitas merupakan konsep pengukuran yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Nazaruddin, 2007). Uji validitas dilakukan dengan uji homogenitas data yaitu dengan melakukan uji korelasi antara skor item-item pertanyaan dengan skor total  (pearson Corelation). Syarat uji validitas yaitu masing-masing item harus berkorelasi positif terhadap skor total pada tingkat signifikan 5% atau α (0.05).
2.      Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menentukan tingkat kepercayaan minimal yang dapat diberikan terhadap kesungguhan jawaban yang diterima. Uji reliabilitas instrumen penelitian dilaksanakan dengan melihat konsistensi koefisien Cronbach Alpha untuk semua variabel. Menurut Nunnaly (1978) & Ghozali (2005) instrumen dikatakan handal (reliable) jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel.


3. Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan tiga jenis uji asumsi klasik yang mendasari model analsis regresi, yaitu: pengujian multikolinieritas dengan menggunakan nilai tolerance dan varian inflation factor (VIF), pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan metode glejser, dan pengujian normalitas dengan menggunakan normal probability plot.
a.      Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas merupakan uji yang ditujukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model uji regresi yang baik apabila tidak terjadi multikoliniearitas (Nazaruddin, 2007).
Analisis untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Apabila VIF kurang dari 10 maka tidak akan terjadi gejala multikolinieritas, tapi jika nilai VIF melebihi angka 10 maka terjadi multikolinieritas.
b.  Uji heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas (Nazaruddin, 2007). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Salah satu cara untuk melihat adanya problem heterokedastisitas adalah dengan menggunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan cara meregres nilai absolut residualnya terhadap variabel independen (Ghozali, 2005). Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
c.  Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model-model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal. Salah satu cara untuk mengetahui normalitas data adalah dengan menggunakan normal probability plot. Jika data berdistribusi normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2005).
d.     Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 pada persamaan regresi linier. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi atau tidak adalah dengan melakukan Uji breusch-godfrey.
Uji breusch-godfrey dilakukan dengan cara membentuk variabel lag residual. Untuk mengetahui apakah data lolos uji autokorelasi maka dapat dianalisis dengan cara melihat  koefisien parameter untuk variabel residual. Apabila koefisien parameter untuk variable residual signifikan pada alpha 5% maka mengindikasikan bahwa terjadi autokorelasi.
g.     Uji Hipotesis dan Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan untuk memastikan besarnya pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda (multiple regression) dengan program SPSS versi 11,5.
1.                                                                                                                                                                                                1. Uji T
Uji T digunakan untuk menguji secara individu variabel dependen pada independen. Dalam penelitian ini digunakan tngkat signifikan (α) 0,05 untuk menguji apakah hipotesis yang digunakan dalam penelitian didukung atau tidak. Langkah-langkah sebagai berikut:



a.    Menentukan hipotesis.
b.    Taraf sig (α) 5 % (0,05).
c.    SPSS versi 11,5.
d.   Membandingkan nilai sig dengan alpha (α).
e.    Pengambilan keputusan: (1) jika p value < α maka hipotesis diterima, (2) jika p value > α maka hipotesis ditolak.
2. Uji F
Uji F-test dengan tingkat signifikan p value 0,000 atau α (5% atau 0,05). Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
a.    Menentukan α (5% atau 0,05).
b.    Membandingkan sig dengan α (5% atau 0,05).
c.    Pengambilan keputusan: (1) jika sig < α (5% atau 0,05) maka variabel independen secara bersama-sama berhubungan dengan variabel dependen, (2) jika sig < α (5% atau 0,05) maka variabel independen tidak secara bersama-sama berhubungan dengan variabel dependen.


3. Pengujian Determinasi
        Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat sejauh mana variable independen dapat menjelaskan variabel dependen dalam penelitian. Semakin kecil nilai yang ditunjukkan oleh adj R-Square  maka menunjukkan semakin lemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Rabu, 28 September 2011

SFAC No. 8 pengganti SFAC No.2


Konsep Pernyataan Akuntansi Keuangan No 8 Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (menggantikan SFAC No. 1 dan No. 2)

BAB 1: TUJUAN TUJUAN UMUM PELAPORAN KEUANGAN

 

Pengantar
OB1. Tujuan dari bentuk tujuan umum pelaporan keuangan dasar dari Kerangka konseptual. Aspek lain dari konsep Kerangka konseptual-suatu entitas pelaporan; karakteristik kualitatif, dan kendala pada, informasi keuangan yang berguna; unsur laporan keuangan; pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan aliran logis dari tujuan.

 

Tujuan, Kegunaan, dan Keterbatasan Tujuan Umum Pelaporan Keuangan

 

OB2. Tujuan reporting1is tujuan umum keuangan untuk menyediakan informasi keuangan tentang entitas pelapor yang berguna untuk investor yang ada dan potensial, kreditur dan kreditur lainnya dalam pengambilan keputusan tentang penyediaan sumber daya untuk entitas. Melibatkan keputusan-keputusan pembelian, penjualan, atau memegang instrumen ekuitas dan hutang dan menyediakan atau menetap pinjaman dan bentuk-bentuk kredit.

 

OB3. Keputusan oleh investor yang ada dan potensial tentang membeli, menjual, atau memegang instrumen ekuitas dan hutang tergantung pada tingkat pengembalian yang mereka harapkan dari investasi di instrumen tersebut, pembayaran misalnya, dividen, pokok dan bunga, atau kenaikan harga pasar. Demikian pula, keputusan oleh pemberi pinjaman yang ada dan potensi dan kreditur lainnya tentang menyediakan atau menetap dan bentuk lain pinjaman kredit tergantung pada pembayaran pokok dan bunga atau pendapatan lain yang mereka harapkan. Investor, kreditur ', dan harapan kreditur lain' soal pengembalian tergantung pada penilaian mereka dari waktu, jumlah, dan ketidakpastian (prospek) mendatang arus kas bersih entitas. Akibatnya, investor yang ada dan potensial, kreditur dan kreditur lain membutuhkan informasi untuk membantu mereka menilai prospek untuk masa depan arus kas bersih untuk entitas.

OB4. Untuk menilai prospek entitas untuk masa arus kas bersih, yang ada dan calon investor, kreditur dan kreditur lainnya membutuhkan informasi tentang sumber daya entitas, klaim terhadap entitas itu, dan bagaimana efisien dan efektif manajemen entitas dan mengatur board2have dibuang tanggung jawab mereka terhadap menggunakan sumber daya entitas. Contoh tanggung jawab tersebut termasuk melindungi sumber daya entitas dari efek yang kurang baik faktor ekonomi seperti harga dan perubahan teknologi dan menjamin bahwa entitas mematuhi hukum yang berlaku, peraturan, dan ketentuan kontrak. Informasi tentang debit manajemen dari tanggung jawabnya juga berguna untuk keputusan oleh para investor yang ada, kreditur dan kreditur lain yang memiliki hak untuk memilih atau sebaliknya pengaruh tindakan manajemen.

 

OB5. investor yang ada dan potensi Banyak, kreditur dan kreditur lainnya tidak dapat meminta entitas pelaporan untuk memberikan informasi secara langsung kepada mereka dan harus bergantung pada laporan keuangan untuk tujuan umum banyak informasi keuangan yang mereka butuhkan. Akibatnya, mereka adalah pengguna utama kepada siapa laporan keuangan bertujuan umum diarahkan.

 

OB6. Namun, laporan keuangan bertujuan umum tidak pernah dan tidak dapat memberikan semua informasi yang ada dan investor potensial, kreditur dan kreditur lainnya perlu. Para pengguna perlu mempertimbangkan informasi terkait dari sumber lain, misalnya, kondisi ekonomi umum dan harapan, peristiwa politik dan iklim politik, dan industri dan pandangan perusahaan.

 

OB7. Tujuan umum laporan keuangan tidak dirancang untuk menampilkan nilai dari suatu entitas pelaporan; tetapi mereka memberikan informasi untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditur dan kreditur lainnya untuk memperkirakan nilai dari entitas pelaporan.

 

OB8. pengguna primer Individu mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda, dan mungkin bertentangan, dan keinginan. Dewan, dalam mengembangkan standar pelaporan keuangan, akan berusaha untuk menyediakan set informasi yang akan memenuhi kebutuhan jumlah maksimum pengguna primer. Namun, dengan fokus pada kebutuhan informasi umum tidak mencegah entitas pelaporan dari termasuk informasi tambahan yang paling berguna untuk subset tertentu pengguna primer.

 

OB9. Pengelolaan suatu entitas pelaporan juga tertarik pada informasi keuangan tentang entitas. Namun demikian, manajemen tidak perlu bergantung pada laporan keuangan bertujuan umum karena dapat memperoleh informasi keuangan yang dibutuhkan secara internal.

OB10. pihak lain, seperti regulator dan anggota masyarakat lainnya dari investor, kreditur dan kreditur lainnya, juga dapat menemukan laporan keuangan bertujuan umum berguna. Namun, laporan-laporan yang tidak terutama ditujukan kepada kelompok-kelompok lain.

 

OB11. Untuk sebagian besar, laporan keuangan disajikan berdasarkan estimasi, penilaian, dan model daripada penggambaran yang tepat. Kerangka Konseptual menetapkan konsep-konsep yang mendasari estimasi tersebut, penilaian, dan model. Konsep adalah tujuan ke arah mana Dewan dan pembuat laporan keuangan berusaha. Seperti gol terbanyak, visi Kerangka konseptual tentang pelaporan keuangan yang ideal tidak mungkin dicapai secara penuh, paling tidak dalam jangka pendek, karena butuh waktu untuk memahami, menerima, dan menerapkan cara-cara baru transaksi menganalisa dan acara lainnya. Namun demikian, mendirikan tujuan ke arah yang berusaha adalah penting jika laporan keuangan adalah untuk berkembang sehingga dapat meningkatkan kegunaannya.

 

Informasi tentang Sumber Daya Pelapor Ekonomi, Klaim, dan Perubahan Sumber dan Klaim

 

OB12. Tujuan umum laporan keuangan menyediakan informasi tentang posisi keuangan suatu entitas pelaporan, yaitu informasi tentang sumber daya ekonomi entitas dan tuntutan terhadap perusahaan pelapor. Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang dampak transaksi dan peristiwa lain yang mengubah sumber daya ekonomi suatu entitas pelaporan dan klaim. Kedua jenis informasi yang memberikan masukan yang bermanfaat untuk keputusan tentang penyediaan sumber daya untuk suatu entitas.

 

Ekonomi Sumberdaya dan Klaim

 

OB13. Informasi tentang sifat dan jumlah sumber ekonomi suatu entitas pelaporan dan klaim dapat membantu pengguna untuk mengidentifikasi kekuatan keuangan entitas pelaporan dan kelemahan. Informasi tersebut dapat membantu pengguna untuk menilai likuiditas entitas pelaporan dan solvabilitas, kebutuhan untuk pembiayaan tambahan, dan seberapa sukses kemungkinan berada dalam memperoleh pembiayaan yang. Informasi tentang prioritas dan kebutuhan pembayaran klaim yang ada membantu pengguna untuk memprediksi bagaimana arus kas masa depan akan didistribusikan di antara mereka dengan klaim terhadap perusahaan pelapor.

 

OB14. Berbagai jenis sumber daya ekonomi yang mempengaruhi penilaian pengguna tentang prospek entitas pelaporan untuk arus kas masa depan yang berbeda. Beberapa arus kas masa depan akibat langsung dari sumber daya ekonomi yang ada, seperti sebagai piutang. arus kas lainnya hasil dari menggunakan beberapa sumber daya dalam kombinasi untuk memproduksi barang pasar dan atau jasa kepada pelanggan. Meskipun arus kas tersebut tidak dapat diidentifikasi dengan sumber daya ekonomi individu (atau tuntutan), pengguna laporan keuangan perlu mengetahui sifat dan jumlah sumber daya yang tersedia untuk digunakan dalam operasi suatu entitas pelaporan's.

 

Perubahan Ekonomi Sumberdaya dan Klaim

 

OB15. Perubahan pada sumber-sumber ekonomi suatu entitas pelaporan dan hasil klaim dari kinerja keuangan yang entitas (lihat paragraf OB17-OB20) dan dari kejadian atau transaksi lainnya, seperti penerbitan instrumen hutang atau ekuitas (lihat paragraf OB21). Untuk benar menilai prospek arus kas masa depan dari entitas pelaporan, pengguna perlu untuk dapat membedakan antara kedua perubahan ini.

 

OB16. Informasi tentang kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang membantu pengguna untuk memahami kembali bahwa entitas telah menghasilkan sumber daya ekonomi. Informasi tentang pengembalian entitas telah menghasilkan memberikan indikasi seberapa baik manajemen telah melaksanakan tanggungjawabnya untuk membuat penggunaan yang efisien dan efektif sumber daya perusahaan pelapor itu. Informasi tentang variabilitas dan komponen pengembalian yang juga penting, terutama dalam menilai ketidakpastian arus kas masa depan. Informasi tentang kinerja masa lalu keuangan suatu entitas pelaporan dan bagaimana pengelolaannya melaksanakan tanggungjawabnya biasanya membantu dalam memprediksi keuntungan masa mendatang entitas atas sumber-sumber ekonomi.

 

Kinerja Keuangan Tercermin oleh Akuntansi Akrual

 

OB17. akuntansi Akrual menggambarkan efek dari transaksi, dan peristiwa lain dan keadaan pada sumber-sumber ekonomi suatu entitas pelaporan dan klaim pada periode dimana efek tersebut terjadi, bahkan jika penerimaan kas yang dihasilkan dan pembayaran terjadi dalam periode yang berbeda. Hal ini penting karena informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu entitas pelaporan dan klaim dan perubahan dalam sumber daya ekonomi dan klaim selama periode itu memberikan dasar yang lebih baik untuk menilai kinerja entitas lalu dan masa depan daripada hanya informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama periode itu.

 

OB18. Informasi tentang kinerja keuangan suatu entitas pelaporan selama satu periode, tercermin dari perubahan sumber daya ekonomi dan klaim lain selain dengan memperoleh sumber daya tambahan langsung dari investor dan kreditur (lihat paragraf OB21), berguna dalam menilai kemampuan entitas lalu dan masa depan untuk menghasilkan bersih kas masuk. Informasi tersebut menunjukkan sejauh mana perusahaan pelapor telah meningkatkan sumber daya yang tersedia ekonomi, dan dengan demikian kapasitasnya untuk menghasilkan arus kas bersih melalui operasi dan bukan dengan mendapatkan sumber daya tambahan langsung dari investor dan kreditur.

 

OB19. Informasi tentang kinerja keuangan suatu entitas pelaporan selama periode juga mungkin menunjukkan sejauh mana acara-acara seperti perubahan harga pasar atau suku bunga mengalami kenaikan atau penurunan sumber daya ekonomi entitas dan klaim, sehingga mempengaruhi kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas bersih.

 

Kinerja Keuangan Tercermin oleh Kas Arus lalu

 

OB20. Informasi tentang arus kas suatu entitas pelaporan selama suatu periode juga membantu pengguna untuk menilai kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas bersih masa depan. Hal ini menunjukkan bagaimana memperoleh entitas pelaporan dan menghabiskan kas, termasuk informasi mengenai pinjaman dan pembayaran utang, dividen tunai atau distribusi kas lainnya kepada investor, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas atau solvabilitas entitas. Informasi tentang arus kas membantu pengguna memahami operasi suatu entitas pelaporan itu, evaluasi pembiayaan dan kegiatan investasi, menilai likuiditas atau solvabilitas, dan menginterpretasikan informasi lain mengenai kinerja keuangan.

 

Perubahan Ekonomi Sumberdaya dan Klaim Bukan Akibat Kinerja Keuangan


OB21. sumber daya ekonomi Sebuah entitas pelaporan dan klaim juga bisa berubah untuk alasan lain selain kinerja keuangan, seperti menerbitkan kepemilikan saham tambahan. Informasi tentang jenis perubahan yang diperlukan untuk memberikan pengguna pemahaman lengkap tentang mengapa sumber daya ekonomi perusahaan pelapor dan klaim berubah dan implikasi dari perubahan-perubahan untuk kinerja masa depan keuangan.

 

BAB 3: KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI KEUANGAN BERGUNA

Pengantar Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan Berguna
Fundamental Karakteristik Kualitatif

 

QC1. Karakteristik kualitatif dari informasi keuangan yang berguna dibahas dalam bab ini mengidentifikasi jenis informasi yang mungkin paling berguna kepada kreditur yang ada dan potensial investor, dan kreditur lainnya untuk membuat keputusan tentang perusahaan pelapor berdasarkan informasi dalam keuangan laporan (informasi keuangan).

 

QC2. Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi perusahaan pelapor itu, klaim terhadap entitas pelaporan, dan efek dari transaksi dan peristiwa lain dan kondisi bahwa perubahan sumber daya dan klaim. (Informasi ini disebut dalam Kerangka konseptual sebagai informasi tentang fenomena ekonomi.) Beberapa laporan keuangan juga termasuk materi penjelasan tentang harapan manajemen dan strategi untuk entitas pelaporan dan jenis informasi lainnya ke depan.

 

QC3. Karakteristik kualitatif information5 keuangan berguna berlaku untuk informasi keuangan yang diberikan dalam laporan keuangan, serta informasi keuangan yang disediakan dengan cara lain. Biaya, yang merupakan kendala meresap pada kemampuan entitas pelaporan untuk memberikan informasi keuangan yang berguna, berlaku sama. Namun, pertimbangan dalam menerapkan karakteristik kualitatif dan kendala biaya mungkin berbeda untuk berbagai jenis informasi. Sebagai contoh, menerapkan mereka untuk informasi harapan masa depan mungkin berbeda dari penerapan mereka untuk informasi tentang ada sumber daya ekonomi dan klaim dan perubahan sumber daya dan klaim.

 

QC4. Jika informasi keuangan yang akan berguna, harus relevan dan setia mewakili apa yang dimaksudkan untuk mewakili. Kegunaan informasi keuangan ditingkatkan jika sebanding, diverifikasi, tepat waktu, dan dimengerti.

 

QC5. Karakteristik kualitatif fundamental adalah relevansi dan representasi setia.

Relevansi


QC6. informasi yang relevan keuangan mampu membuat perbedaan dalam keputusan yang dibuat oleh pengguna. Informasi dapat mampu membuat perbedaan dalam keputusan bahkan jika beberapa pengguna memilih untuk tidak mengambil keuntungan dari itu atau sudah menyadari hal itu dari sumber lain.

 

QC7. Informasi keuangan mampu membuat perbedaan dalam keputusan jika memiliki nilai prediksi, nilai konfirmatori, atau keduanya.

 

QC8. Informasi keuangan memiliki nilai prediktif jika dapat digunakan sebagai masukan bagi proses yang digunakan oleh pengguna untuk memprediksi hasil masa depan. informasi keuangan tidak perlu prediksi atau ramalan untuk memiliki nilai prediktif. Informasi keuangan dengan nilai prediktif digunakan oleh pengguna dalam membuat prediksi mereka sendiri.

 

QC9. Informasi keuangan memiliki nilai konfirmasi jika itu memberikan umpan balik (menegaskan atau perubahan) tentang evaluasi sebelumnya.

 

QC10. Nilai prediksi dan nilai konfirmasi informasi keuangan yang saling terkait. Informasi yang memiliki nilai prediktif sering juga memiliki nilai konfirmasi. Sebagai contoh, pendapatan informasi untuk tahun berjalan, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi pendapatan di masa mendatang, juga bisa dibandingkan dengan prediksi pendapatan untuk tahun berjalan yang dibuat di masa lalu. Hasil perbandingan tersebut dapat membantu pengguna untuk memperbaiki dan meningkatkan proses yang digunakan untuk membuat prediksi mereka sebelumnya.

 

Materialitas


QC11. Informasi bahan baku apabila menghilangkan atau misstating bisa mempengaruhi keputusan yang membuat pengguna berdasarkan informasi keuangan suatu entitas pelaporan tertentu. Dengan kata lain, materialitas adalah entitas-aspek tertentu dari relevansi berdasarkan sifat atau besarnya atau kedua item yang informasi tersebut berhubungan dalam konteks laporan keuangan entitas individu. Akibatnya, Dewan tidak dapat menentukan batas kuantitatif yang seragam untuk materialitas atau mentakdirkan apa yang bisa menjadi bahan dalam situasi tertentu.

Setia Representasi

 

QC12. Laporan keuangan merupakan fenomena ekonomi dalam kata-kata dan angka. Untuk menjadi berguna, informasi keuangan tidak hanya harus mewakili fenomena yang relevan, tetapi juga setia harus mewakili fenomena yang memiliki tujuan untuk mewakili. Untuk menjadi representasi sempurna setia, penggambaran itu akan memiliki tiga karakteristik. Ini akan lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan. Tentu saja, kesempurnaan jarang, jika pernah, dicapai. Tujuan Dewan adalah untuk memaksimalkan kualitas mereka sejauh mungkin

 

QC13. Sebuah gambaran yang lengkap mencakup semua informasi yang diperlukan bagi pengguna untuk memahami fenomena yang sedang digambarkan, termasuk semua deskripsi yang diperlukan dan penjelasan. Sebagai contoh, gambaran lengkap dari sekelompok aktiva akan mencakup, setidaknya, gambaran sifat aset dalam kelompok, gambaran numerik dari semua aset dalam kelompok, dan deskripsi tentang apa penggambaran numerik merupakan (misalnya, biaya awal, biaya disesuaikan, atau nilai wajar). Untuk beberapa item, gambaran lengkap juga mungkin memerlukan penjelasan dari fakta-fakta yang signifikan mengenai kualitas dan sifat, faktor item dan keadaan yang mungkin mempengaruhi kualitas dan alam, dan proses yang digunakan untuk menentukan penggambaran numerik.

 

QC14. Sebuah penggambaran netral tanpa bias dalam seleksi atau penyajian informasi keuangan. Sebuah penggambaran netral tidak miring, tertimbang, menekankan, memakai perlombaan, atau dimanipulasi untuk meningkatkan probabilitas bahwa informasi keuangan akan diterima baik atau tidak baik oleh pengguna. informasi Netral bukan berarti informasi dengan tidak ada tujuan atau tidak mempengaruhi perilaku. Pada informasi, sebaliknya keuangan yang relevan, menurut definisi, mampu membuat perbedaan dalam keputusan pengguna.

 

QC15. representasi Setia tidak berarti akurat dalam segala hal. Bebas dari kesalahan berarti tidak ada kesalahan atau kelalaian dalam deskripsi fenomena, dan proses yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang dilaporkan telah dipilih dan diterapkan dengan tidak ada kesalahan dalam proses. Dalam konteks ini, bebas dari kesalahan tidak berarti sempurna akurat dalam segala hal. Sebagai contoh, estimasi harga tidak teramati atau nilai tidak dapat ditentukan untuk menjadi akurat atau tidak akurat. Namun, representasi dari estimasi yang bisa setia jika jumlah dijelaskan dengan jelas dan akurat sebagai perkiraan, sifat dan keterbatasan dari proses memperkirakan dijelaskan, dan tidak ada kesalahan telah dibuat dalam memilih dan menerapkan proses yang sesuai untuk mengembangkan estimasi.

 

QC16. Sebuah representasi setia, dengan sendirinya, tidak selalu menghasilkan informasi berguna. Sebagai contoh, sebuah entitas pelaporan mungkin menerima aset, dan peralatan melalui hibah pemerintah. Jelas, melaporkan bahwa suatu entitas diperoleh aset tanpa biaya setia akan mewakili biaya, tapi informasi yang mungkin tidak akan sangat berguna. Contoh yang sedikit lebih halus adalah perkiraan untuk jumlah yang besarnya aset yang tercatat harus disesuaikan untuk mencerminkan adanya penurunan nilai asset. estimasi tersebut dapat menjadi representasi setia jika perusahaan pelapor telah diterapkan dengan benar proses yang sesuai, menggambarkan benar perkiraan, dan menjelaskan setiap ketidakpastian yang berpengaruh signifikan terhadap estimasi. Namun, jika tingkat ketidakpastian dalam estimasi tersebut cukup besar, memperkirakan bahwa tidak akan berguna. Dengan kata lain, relevansi nilai aset yang setia diwakili dipertanyakan. Jika tidak ada representasi alternatif yang lebih setia, bahwa perkiraan dapat memberikan informasi yang terbaik yang tersedia.

 

Menerapkan Karakteristik Kualitatif Fundamental

 

QC17. Informasi harus relevan dan setia baik mewakili jika ingin bermanfaat. Baik representasi setia dari sebuah fenomena yang tidak relevan, atau tidak setia representasi dari fenomena yang relevan, membantu pengguna membuat keputusan yang baik.

 

QC18. Proses yang paling efisien dan efektif untuk menerapkan karakteristik kualitatif pokok biasanya akan sebagai berikut (tergantung efek karakteristik meningkatkan dan kendala biaya, yang tidak dipertimbangkan dalam contoh ini). Pertama, mengidentifikasi suatu fenomena ekonomi yang memiliki potensi untuk menjadi berguna bagi pengguna informasi keuangan entitas pelaporan itu. Kedua, mengidentifikasi jenis informasi tentang fenomena yang akan paling relevan jika tersedia dan dapat setia diwakili. Ketiga, menentukan apakah informasi yang tersedia dan dapat setia diwakili. Jika demikian, proses memenuhi karakteristik kualitatif mendasar berakhir pada saat itu. Jika tidak, proses ini diulang dengan jenis yang paling relevan berikutnya informasi.

 

 

 

 

Meningkatkan Karakteristik Kualitatif

 

QC19. Komparatif, verifiability, ketepatan waktu, dan dimengerti karakteristik kualitatif yang meningkatkan kegunaan dari informasi yang relevan dan setia diwakili. Karakteristik kualitatif meningkatkan juga dapat membantu menentukan mana dari dua cara harus digunakan untuk menggambarkan fenomena jika keduanya dianggap sama relevan dan setia diwakili.

 

Komparatif
QC20. keputusan Pengguna 'melibatkan memilih antara alternatif, misalnya, menjual atau menahan investasi, atau berinvestasi dalam satu entitas pelaporan atau yang lain. Akibatnya, informasi tentang suatu entitas pelaporan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan informasi yang sama tentang entitas lain dan dengan informasi yang sama tentang entitas yang sama untuk periode atau tanggal lain.

 

QC21. Komparatif adalah karakteristik kualitatif yang memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi dan memahami kesamaan, dan perbedaan antara, item. Berbeda dengan karakteristik kualitatif lainnya, komparatif tidak berhubungan dengan item tunggal. studi perbandingan membutuhkan setidaknya dua item.

 

QC22. Konsistensi, meskipun terkait dengan perbandingan, tidak sama. Konsistensi mengacu pada penggunaan metode yang sama untuk item yang sama, baik dari waktu ke waktu dalam entitas pelaporan atau dalam periode satu di seluruh badan. Komparatif adalah tujuan; konsistensi membantu untuk mencapai tujuan tersebut.

 

QC23. Komparatif tidak keseragaman. Untuk informasi yang sebanding, seperti sesuatu harus terlihat sama dan hal yang berbeda harus terlihat berbeda. Komparabilitas informasi keuangan tidak akan disempurnakan dengan membuat hal-hal yang mirip seperti lebih dari itu ditingkatkan dengan membuat seperti hal-hal yang terlihat berbeda.

 

QC24. Beberapa derajat komparatif kemungkinan akan dicapai dengan memenuhi karakteristik kualitatif yang mendasar. Sebuah representasi umat dari fenomena ekonomi yang relevan alami harus memiliki beberapa derajat komparatif dengan representasi setia fenomena ekonomi serupa yang relevan dengan entitas lain pelaporan.

 

QC25. Meskipun fenomena ekonomi tunggal dapat setia diwakili dalam berbagai cara, memungkinkan metode akuntansi alternatif untuk fenomena ekonomi yang sama berkurang dibandingkan.

Verifiability

 

QC26. Verifiability membantu meyakinkan pengguna bahwa informasi setia merupakan fenomena ekonomi yang memiliki tujuan untuk mewakili. Verifiability berarti bahwa pengamat berpengetahuan dan independen yang berbeda bisa mencapai konsensus, meskipun tidak selalu perjanjian lengkap, bahwa penggambaran tertentu merupakan representasi setia. informasi dikuantifikasi tidak perlu perkiraan titik tunggal yang akan diverifikasi. Berbagai jumlah yang mungkin dan probabilitas terkait juga dapat diverifikasi.

 

QC27. Verifikasi dapat langsung atau tidak langsung. verifikasi langsung berarti memverifikasi jumlah atau representasi lain melalui pengamatan langsung, misalnya, dengan menghitung uang tunai. verifikasi tidak langsung berarti memeriksa masukan ke rumus, model, atau teknik lain dan menghitung ulang output dengan menggunakan metodologi yang sama. Contohnya adalah memverifikasi nilai tercatat persediaan dengan memeriksa input (kuantitas dan biaya) dan menghitung ulang persediaan akhir dengan menggunakan asumsi arus biaya yang sama (misalnya, dengan menggunakan-pertama, metode pertama-keluar).

 

QC28. Mungkin tidak mungkin untuk memverifikasi beberapa penjelasan dan memandang ke depan informasi keuangan sampai masa yang akan datang, jika sama sekali. Untuk membantu pengguna memutuskan apakah mereka ingin menggunakan informasi itu, biasanya akan perlu untuk mengungkapkan asumsi yang mendasari, metode mengumpulkan informasi, dan faktor lain dan keadaan yang mendukung informasi tersebut.

 

Ketepatan waktu

 

QC29. Ketepatan waktu berarti memiliki informasi yang tersedia untuk pengambil keputusan dalam waktu yang akan mampu mempengaruhi keputusan mereka. Umumnya, semakin tua informasi tersebut, yang kurang berguna itu. Namun, beberapa informasi dapat terus tepat waktu lama setelah akhir periode pelaporan karena, misalnya, beberapa pengguna mungkin perlu untuk mengidentifikasi dan menilai tren.

 

Understandability

 

QC30. Mengklasifikasikan, karakterisasi, dan penyajian informasi secara jelas dan ringkas membuatnya dimengerti.

QC31. Beberapa fenomena tersebut inheren kompleks dan tidak dapat dibuat mudah dipahami. Tidak termasuk informasi tentang orang-fenomena dari laporan keuangan mungkin membuat informasi dalam laporan keuangan yang mudah dimengerti. Namun, laporan tersebut akan menjadi tidak lengkap dan karena itu berpotensi menyesatkan.

 

QC32. Laporan keuangan disusun untuk pengguna yang memiliki pengetahuan yang cukup atas aktivitas bisnis dan ekonomi dan yang meninjau dan menganalisis informasi yang rajin. Kadang-kadang, bahkan pengguna yang terinformasi dengan baik dan rajin mungkin perlu meminta bantuan penasihat untuk memahami informasi tentang fenomena ekonomi yang kompleks.

 

Menerapkan Karakteristik Kualitatif Meningkatkan

 

QC33. karakteristik kualitatif Meningkatkan harus dimaksimalkan sejauh mungkin. Namun, karakteristik kualitatif meningkatkan, baik secara individu maupun sebagai kelompok, tidak dapat membuat informasi berguna jika informasi yang tidak relevan atau tidak setia diwakili.

 

QC34. Menerapkan karakteristik kualitatif meningkatkan adalah proses berulang yang tidak mengikuti perintah yang ditentukan. Kadang-kadang, satu karakteristik kualitatif meningkatkan mungkin harus berkurang untuk memaksimalkan lain karakteristik kualitatif. Sebagai contoh, penurunan sementara dalam perbandingan sebagai akibat dari prospektif menerapkan standar pelaporan keuangan yang baru mungkin akan bermanfaat untuk meningkatkan relevansi atau representasi setia dalam jangka panjang. pengungkapan yang tepat mungkin sebagian mengimbangi noncomparability.

 

The Kendala Biaya pada Pelaporan Keuangan Berguna

 

QC35. Biaya merupakan kendala luas atas informasi yang dapat disediakan oleh laporan keuangan. Pelaporan informasi keuangan memaksakan biaya, dan penting bahwa biaya tersebut dibenarkan oleh manfaat dari pelaporan informasi tersebut. Ada beberapa jenis biaya dan manfaat untuk dipertimbangkan.

 

QC36. Penyedia informasi keuangan mengeluarkan sebagian besar usaha yang terlibat dalam pengumpulan, pengolahan, memverifikasi, dan menyebarluaskan informasi keuangan, namun pengguna akhirnya menanggung biaya-biaya dalam bentuk pengembalian berkurang. Pengguna informasi keuangan juga dikenakan biaya menganalisis dan menafsirkan informasi yang diberikan. Jika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia, pengguna akan dikenakan biaya tambahan untuk mendapatkan informasi yang di tempat lain atau untuk memperkirakan itu.

 

QC37. Pelaporan informasi keuangan yang relevan dan setia mewakili apa yang dimaksudkan untuk mewakili membantu pengguna untuk membuat keputusan dengan lebih percaya diri. Hal ini mengakibatkan fungsi yang lebih efisien pasar modal dan biaya yang lebih rendah modal bagi perekonomian secara keseluruhan. Seorang investor individu, pemberi pinjaman, dan kreditur lainnya juga menerima manfaat dengan membuat keputusan yang lebih. Namun, tidak mungkin untuk laporan keuangan bertujuan umum untuk memberikan semua informasi yang setiap pengguna menemukan yang relevan.

 

QC38. Dalam menerapkan kendala biaya, Dewan menilai apakah manfaat dari pelaporan informasi tertentu cenderung untuk membenarkan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan dan menggunakan informasi tersebut. Ketika menerapkan kendala biaya dalam mengembangkan standar pelaporan keuangan yang diusulkan, Dewan mencari informasi dari penyedia informasi keuangan, pengguna, auditor, akademisi, dan lain-lain tentang sifat dan kuantitas yang diharapkan manfaat dan biaya standar tersebut. Pada kebanyakan situasi, penilaian didasarkan pada kombinasi informasi kuantitatif dan kualitatif.

 

QC39. Karena subjektivitas yang melekat, penilaian individu yang berbeda atas biaya dan manfaat dari pelaporan barang-barang tertentu atas informasi keuangan akan bervariasi. Oleh karena itu, Dewan berupaya untuk mempertimbangkan biaya dan manfaat dalam kaitannya dengan pelaporan keuangan umum, dan tidak hanya dalam kaitannya dengan entitas pelaporan individu. Itu tidak berarti bahwa penilaian biaya dan manfaat selalu membenarkan persyaratan pelaporan yang sama untuk semua entitas. Perbedaan mungkin cocok karena ukuran yang berbeda entitas, cara berbeda untuk meningkatkan modal (umum atau pribadi), kebutuhan pengguna yang berbeda ', atau faktor lainnya.